Boleh dikatakan bahwa Mitsubishi A6M (atau yang
sering disebut Zero) ini adalah pesawat tempur yang paling terkenal
diantara pesawat-pesawat tempur Jepang era WW II (juga yang paling
banyak diproduksi, tercatat telah diproduksi sebanyak 10,449 unit).
Mungkin bisa juga dibilang kalau pesawat ini adalah salah satu pesawat
terbaik, atau bahkan terbaik, pada masa-masa awal perang dunia II.
Sekedar catatan, Zero merupakan carrier-based aircraft (pesawat yang
berbasis di Kapal Induk) pertama di dunia yang mampu mengalahkan
pesawat-pesawat yang berbasis di darat. Asal muasal nama Zero sendiri
berasal dari kode Zero di Angkatan laut Jepang sendiri yaitu Type 0
Fighter (Rei Shiko Sentoki atau disingkat Reisen) .
Zero muncul akibat dari permintaan Angkatan Laut Jepang akan adanya
pengganti pesawat Mitsubishi A5M. Syarat yang ditetapkan oleh Angkatan
Laut Jepang adalah sebuah pesawat yang mampu terbang dengan kecepatan
310 miles per jam pada ketinggian 13,100 kaki , kemampuan menanjak ke
ketinggian 9,800 kaki dalam 3.5 menit, persenjataan berupa 2 kanon 20mm
dan 2 senapan mesin 7.7mm. Juga disyaratkan akan adanya komunikasi
radio, yang dimana alat ini tidak terdapat pada jenis A5M. Selain syarat
diatas, Angkatan Laut juga mensyaratkan agar kemampuan manuver Zero
minimal sama dengan kemampuan manuver A5M. Pada mulanya ada 2 perusahaan
yang bersaing dalam program ini, yaitu: Mitsubishi dan Nakajima. Namun
kemudian Nakajima mundur dari program ini karena merasa tidak sanggup
untuk membuat pesawat sesuai spesifikasi yang diminta. Akhirnya, hanya
Mitsubishi yang mengerjakan proyek ini yang dimana ditangani oleh kepala
perancang Mitsubishi yang bernama Jiro Horikoshi
Prototype pertama selesai pada tanggal 16 Maret 1939 di pabrik
Mitsubishi yang berlokasi di Nagoya. Adapun penerbangan perdana pesawat
ini dilakukan pada tanggal 1 April 1939 oleh pilot Angkatan Darat Jepang
(pada saat itu rata-rata negara di dunia belum memiliki Angkatan Udara
yang terpisah, kecuali Inggris dan Jerman) yang bernama Katsuzo Shima.
Pesawat ini kemudian diterima oleh Angkatan Laut Jepang pada tanggal 14
September 1939. Kemudian pesawat ini diberi kode A6M1. Namun ternyata,
varian A6M1 ini hanya mampu terbang dengan kecepatan maximum 305 miles
per jam pada ketinggian 12,470 kaki. Karena hal ini, maka Angkatan Laut
meminta dibuatkan varian baru. Maka muncullah varian A6M2 yang kali ini
menggunakan mesin buatan Nakajima berkode NK1C Sakae 12. Dengan mesin
baru ini, maka Zero memiliki kemampuan diatas persyaratan yang telah
ditetapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar